Jumat, 16 November 2012

PUISI "JIWA YANG HILANG"


JIWA YANG HILANG

Aku sendiri
Tanpa adanya kilauan cahaya yang menemani
Gelap, hanya gelap ku rasa
Di kesendirian ini
                                Tuhan, ku malu kepada-Mu
                                Atas kesalahan yang tlah ku perbuat
                                Jiwaku entah dimana
                                Melayang, terseret ombak kebusukan
                                Hanya raga yang tersisa
                                Dari kilatan petir yang bergemuruh
Tak ada penerang hati
Tak ada angin yang menyejukkan
Tak ada air yang mengalir di kesunyian
Tak ada siraman bunga kasturi
                                Yang ada hanyalah kebencian yang merajai diri
                                Kesakitan yang menyayat sebagian dari tubuh ini
                                Kesunyian slalu menemani
Rasa takut itu pun slalu mengikuti
Kemana jiwaku pergi
Kemana jiwaku hilang
Mencari, ku mencari
Hanya sepi,sunyi,takut,sakit yang kurasa
                                Mana penopang kehidupan ku?
                                Yang slalu membantuku dalam masalah ini
                                Tubuhku terkoyak-koyak oleh ribuan serangga hitam
                                Sebagian dariku telah lenyap
Hilang sudah harapan ku untuk maju
Musnah sudah impian ku untuk sukses
Membanggakan orang di sekitarku,
Kini sudah lenyap
                                Yang ada hanya butir-butir amarah yang tersimpan
                                Hanya genangan air kotor, bau busuk yang tercium
                                Kotoran-kotoran kehidupan telah merasuk jiwaku
                                Tak pantas jika ku berada di kehidupan yang hina ini
Tak sanggup ku melihat diriku ini
Penuh dengan untaian kebencian
Hina diriku ini
Dengan dendam yang merasuk kalbuku



REGINA MERDIANI L
17 NOVEMBER 2012
14.00 WIB
                               

HARAPAN KOSONG



HARAPAN KOSONG

kau hadir dengan penuh kesempurnaan
Membuat ku jatuh hati saat pertama melihatmu
Membuat hatiku hanya tertuju padamu
Kau membuat hatiku beku
Hingga ku tak dapat mencintai orang lain selain dirimu

Namun saat ku putuskan untuk memilih dirimu
Kau seperti tak sadar akan adanya diriku
Kau bakar aku dengan senyum manismu
Yang membuat ku menangis

Ingin sekali ku marah
Namun ku sadar ku tak berhak untuk itu
Mungkin hatimu memang milik orang lain
Dan aku lah yang terlalu berharap
Hingga ku jatuh pada kesalahan yang tak ku sadari

PUISI TENTANG KEHIDUPAN


KERASNYA KEHIDUPAN
Tuhan menciptakan gadis kecil itu dari lumpur dan alang-alang kering tanpa siraman.
Orang-orang memanggilnya SAMPAH BODOH yang tak pantas hidup di sekitar mereka
Persoalan hidup mulai menjajahi daerah perjalanan gadis itu dengan hentak dan keras nya
Bagai ombak menghantam kepiting yang sedang berjemur di pinggir pantai
Bagai petir menyambar pohon-pohon yang sedang asik nya menari
Hidup gadis kecil itu terlunta lantung tanpa tujuan dan arah hidup
Siapa dia ? apa yang dia punya ? tidak ! dia tak punya apa-apa
Dia hanya gadis kecil yang tak berdaya
Yang slalu menunggu cahaya matahari dan pelangi usai hujan dan badai.

Angin topan membuang nya pada persoalan yang sangat rumit
Seakan-akan dia sangat tak berguna di mata dunia
Ia seperti terlilit tali yang kuat yang menancapkan nya pada paku-paku tajam
Dia tak sanggup berteriak, bahkan suaranya pun sangat sulit di keluarkannya
Dia tak bisa keluar, dia mencoba tuk keluar,
tak peduli sakitnya tali-tali itu menggores kulit nya
Dan tak peduli seberapa hebatnya paku-paku itu mencoba masuk pada tubuh nya
Ia tetap berusaha keluar dalam jurang kesakitan ini
Tetapi apa daya, dia hanya bisa bersabar,
Menunggu akan adanya keajaiban yang bisa keluarkan dia dari penderitaan ini
Tangan nya kaku, seperti terpancung dalam lingkaran kematian
Badan nya terasa tercabik-cabik oleh tajam nya paku kehidupan.
“pelangi itu akan datang, kemudahan akan ku peroleh, cahaya yang akan meneranginya”
Teriakannya dalam hati.

Sekarang sampah bodoh ini berubah
Nasib tlah merubah nya dalam kehangatan api, dan kesejukan embun
Seseorang tlah melepaskan nya dari tali-tali dan paku tajam yang merusak tubuh nya.
Dia kembali, menjadi gadis kecil yang hatinya tetap kokoh walau terkena cacian
siapa seseorang itu ? yang membebaskannya dalam pahitnya kehidupan.
Lelaki ! yah lelaki itu tlah menyelamatkannya dari penderitaannya yang trus mengikutinya
Lelaki tanpa nama itu melepaskan dia, gadis yang hidupnya melarat.
Lelaki itu terus menjaga dan menemani gadis kecil itu
Untuk memulihkan kembali perasaan yang ambruk di masa lalu gadis itu
Gadis itu seperti kembang gula hidup bagi si lelaki tanpa nama
Yang harus di jaganya sepanjang waktu agar tidak di makan semut sawah.

Akhir yang mengharukan...

Kebahagian gadis itu pun tak berapa lama musnah kembali
Lelaki itu pergi, hilang, bagai di telan angin dan badai Sandy
Siapa dia ?
kenapa dia tak berani memberitahukan namanya ?
Kemana dia pergi ?
Apa dia mencari gadis kecil lain yang sama melarat nya seperti gadis yang sudah di tolong lelaki itu ?
Yah lelaki itu pergi untuk mencari, menyembuhkan luka-luka seorang gadis yang sama melarat nya seperti dia(gadis kecil yang hidup dalam perangkap dunia “sampah bodoh”).

Regina Merdiani Lestari
02 November 2012

PERSAHABATAN MULIA (Cerpen Sedih)


Karya: Regina Merdiani Lestari
PERSAHABATAN MULIA

Aku Shaina. Di Sekolah aku terkenal pendiam namun aku terkenal juga dengan prestasi ku yang lumayan baik. Dulu aku mengalami  kejadian yang menurut ku buruk, hingga pada akhirnya sahabat aku pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Sungguh tragis. Tapi mungkin cobaan bahwa aku takan mengulangi kejadian yang menyakitkan itu. Aku JANJI.
FLASHBACK
Aku mempunyai sahabat terbaik yang bernama Shaila. Sekilas namanya mirip dengan ku. Kami bersahabat sejak kami duduk di bangku SD, kami selalu bersama kemana pun juga, dimana ada Shaila di situ pasti ada aku. Kami juga selalu di juluki oleh teman-teman sebagai saudara kembar soalnya bukan nama kami saja yang mirip, tapi wajah kami pun hampir sama. Namun yang membedakan aku dengan Shaila adalah kalau aku pendiam, jarang bergaul, tapi pintar. Tapi sebaliknya dengan Shaila, dia periang, pandai bergaul, tapi agak kurang beruntung dalam hal pelajaran(lemodt)..hehe.
Sekarang kami sudah duduk di bangku SMA, dan tanpa kami sadari kami sesekolahan lagi. Sungguh senang rasanya. Karna waktu itu dia bilang dia ga akan seSMA sama aku,.
“La kamu mau di lanjutin kemana? “ kataku membuka pembicaraan yang asalnya hening
“kayanya ke pesantren Na, mama aku yang mau aku di lanjutin ke pesantren, karna aku kan memang kurang di mata pelajaran gitu. Sebenarnya sih aku agak ragu dengan keputusan mama ku itu. Tapi mau bagaimana lagi aku harus nurutin mama aku. Mungkin itu jalan yang terbaik L. Kalau kamu mau di terusin kemana Na?” Katanya sambil memegang tanganku
“yahhh, kita berpisah dong La. Aku berharap kamu sesekolahan lagi sama aku. Tapi Lhuahh.. Kalau aku sih mau di lanjutin ke SMAN 1 Subang.” Lanjutku sambil membalas pegangan Shaila dengan erat.
“waw itu bagus dong, asalnya juga aku pengen ke sana. Kita habiskan hari ini dengan bersama ya Na?” katanya sambil mengajakku pergi ke suatu tempat yang sangat indah.
“ayo boleh. Tapi kemana?” jawabku penasaran.
“ayo ikut aja, nanti juga kamu tau sendiri.” Ajaknya.

Saat itu aku masih penasaran kemana aku akan dibawa oleh Shaila. Penasaran aku pun berakhir, Shaila membawaku ke suatu tempat yang indah dengan pemandangan pohon yang menyejukan hati di dampingi oleh bunga-bunga yang bermekaran dan berwarna-warni. Ya Shaila membawa ku ke suatu danau yang sangat indah.
“waw La indah sekali danau ini, dari mana kamu tau di sini terdapat danau yang indah ini?” kata ku sambil mengambil bunga yang ada di danau itu.
“iya dong, aku tau danau ini dari ayahku, dulu waktu aku kecil aku selalu di ajak ayah ke danau ini, tapi sekarang dia ga ada. Kalau aku lagi sedih aku selalu datang kesini, sekaligus mengenang kenanganku bersama ayahku dulu. Sekarang aku ajak kamu kesini. Kalau kamu kangen sama aku setelah kita berpisah nanti kamu kesini aja ya Na. aku Sayang kamu Shaina J.” Jawabnya panjang lebar sambil jalan jalan kecil di sekitar danau itu.
“maaf La bukan maksud aku tuk membuat kamu sedih, aku hanya…”
“sudahlah Na ini bukan salah kamu. Ya gapapa ko Na. ayo kita habiskan waktu kita ini dengan sebaik mungkin, dan kamu harus ingat kenanglah aku selalu di hati kamu. Jangan lupakan aku ya Na . kita selamanya ok.” Jawabnya sambil meneteskan airmata. Pemandangan ini sungguh sangat aku benci, melihat Shaila sahabatku menangis.
“udah dong La jangan nangis lagi, pasti ko kamu akan selalu di hati aku, aku ga akan pernah lupain kamu, tak akan pernah. Kita selamanya sampai ajal memisahkan kita berdua.” Kataku sambil mengusap air mata Shaila.
“iya sampai ajal memisahkan kita.” Jawabnya dengan nada yang datar.
“liat La itu ada dua ekor kura-kura kecil yang sangat lucu. Liat yu.” Kataku sambil berjalan menuju kura-kura itu.
“yuu Na.”
“waw amazing kura-kuranya lucu sekali, ada dua lagi.” Kataku sambil mengambil dua ekor kura-kura itu.
“iya lucu banget, gimana kalo kita pelihara kura-kura itu, yang satu adalah kamu, yang satu lagi aku. Tapi kita biarkan mereka tinggal di sini. O yah aku punya dua pita ini.” Jawabnya sambil mengeluarkan dua pita di saku celana jeans nya itu.
“iya  gimana kalo aku ambil yang warna biru, dan kamu yang warna merah muda. Kita ikatkan pita ini di kura-kura kita masing-masing.” Jawabku sambil mengambil pita yang warna biru.
“dan kura-kura ini mewakili kebersamaan kita ya, kura-kura ini menjadi lambang persahabatan kita ya Na.” kata nya sambil memasangkan pita merah muda di badan kura-kura itu.
“iya itu pasti La.” Jawabku.

Langit pun mulai menampakan lembayungnya,sang  mega pun mulai malu menampakan sinar nya lagi. Kala itu aku dan Shaila pulang karna hari semakin larut.
                                                                *****
Waktu itu aku sudah mulai menginjakkan kaki ku di SMAN 1 Subang. Sedikit malas karena biasanya aku ke sekolah selalu bersama Shaila, tapi kini engga. Aku harus tetap semangat tanpa Shaila. Walaupun kita jauh, tapi hati kita tetap dekat.
MOPD 5 hari sudah aku jalani dengan baik. Sebulan pertama aku lewati hari hari di SMA dengan cukup semangat. Tapi aku duduk sendiri di kelas, mungkin karna aku kurang bergaul, jadi jarang orang mau deketin aku. Sungguh malang. Tapi harus tetap semangat. Bel masuk pun berbunyi aku dan teman yang lain masuk ke kelas, pelajaran pertama Matematika, pelajaran yang sangat kusukai. Saat itu Pa Suniryo guru matematika ku datang dengan memberitahukan bahwa ada murid baru yang masuk ke sekolahin ini, tepat nya masuk ke kelas ku kelas X C. dan Pa Suniryo pun memanggil murid baru itu dengan menyebut Shaila. Ya Tuhan apa yang di panggil pa Suniryo itu adalah sahabatku yang sangat ku rindukan. Dan tak ku sangka itu Shaila sahabatku, sungguh ku tak percaya, apakah ini mimpi Tuhan. Lalu tanpa pikir panjang aku pun memeluk Shaila dengan erat.
“Shaila? Apakah ini mimpi aku bisa ketemu sama kamu lagi. Ini anugrah. Ternyata persahabatan kita akan trus berlanjut tanpa jarak. Aku kangen kamu Shaila.” Kataku sambil memeluk Shaila dengan erat tanpa ku pikirkan rasa malu di depan teman-temanku.
“Shaina. Ini kamu. Aku juga kangen banget sama kamu. Aku gak percaya bisa ketemu kamu di sini, dan kita sekelas bareng lagi. Ohh Tuhan makasih.” Jawabnya sambil membalas pelukan ku. Dan saat itu anak-anak di kelas langsung tepuk tangan. Huhh malu aku. Tapi ga papa lah yang penting aku bisa barengan lagi sama sahabatku ini. Dan pa Suniryo pun mempersilahkan Shaila untuk duduk sebangku bersamaku. Selesai pelajaran matematika, di lanjut oleh pelajaran Biologi. Bel pun berbunyi tanda pelajaran selesai dan semuanya keluar untuk pergi ke kantin, maklum kalo jam jam istirahat kantin suka penuh.
Aku dan Shaila pun pergi ke taman belakang sekolah. Untuk melampiaskan rasa kangen kami berdua.
“La ko kamu pindah. Ga betah ya di pesantren sana, kangen ya sama aku. Hehe.” Kataku membuka pembicaraan diantara kita.
“hehe iya Na, aku ga betah disana. Aku bilang sama mama ku kalo aku pengen pindah ke SMAN 1 Subang. Trus mama ku ngijinin aku untuk pindah kesini, dan aku juga minta di kelas X C, karna aku tau kamu kelas itu. Jadi ya begitulah sekarang. Kengen banget deh sama kamu Na.” jawabnya sambil memeluk aku.
“iya La, aku juga sangat kangen sama kamu. Sekarang aku jadi tak sendiri lagi, sekarang ada kamu La yang slalu temenin aku.” Kataku sambil membalas pelukannya sangat erat.
“oh ya nanti pulang sekolah kita ke danau yu, kita udah 3 bulan gak ketemu, kita habiskan lagi hari ini dengan kebersamaan kita yang indah ini.” Katanya melepas pelukan kita.
“iya bener banget. Oh ya kura-kura itu La.” Jawab ku.
“iya nanti kita ke sana.” balasnya

Kita pun kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Bel pulang pun berbunyi . kami pun bersiap-siap untuk pulang.
Aku dan Shaila tidak langsung pulang ke rumah, karena kita berdua akan ke danau. Akhirnya sampai juga di Danau, kami pun segera menuju ke tempat kura-kura yang 3 bulan lalu menjadi lambang persahabatan kita sampai sekarang.
“aduhh ternyata kura-kura itu masih ada, aku kira dia udah gak ada di sini.” Kata Shaila sambil mengambil kura-kura yang berpita merah muda.
“iya ternyata mereka masih bersama, kaya kita ini. Ya ampun unyu unyu banget J.” Jawabku sambil mengambil kura-kura pita biru.
“aduh mulai gerimis nih Na, kita pulang yuu. Takut nya hujan, dan udah sore lagih.” Ajaknya.
“iya La, yu kita pulang” jawabku.
Kami pun segera pulang ke rumah masing-masing.
Beberapa bulan kami lewatkan dengan sangat baik, hingga kami naik ke kelas XI, tapi kali ini aku dan Shaila tidak sekelas, aku masuk ke kelas XI ipa 3, sementara Shaila kelas ips 1. Walaupun kami sekarang beda kelas, tapi kami tetap bersama sama, dan sampai akhirnya Shaila menghilang dari kehidupanku. Dia tak ada kabar, ga ke sekolah, aku datang ke rumah nya, tapi rumah itu kosong. Kemana dia? Dia hilang bagai di telan bumi. Ya Tuhan apa yang terjadi dengan Shaila.
Beberapa Tahun kemudian ***
Aku masuk Universitas Pendidikan Indonesia, aku ambil jurusan akutansi. Walaupun sudah beberapa tahun ini Shaila menghilang, entah dimana dia sekarang, memang ku sedikit kecewa dan marah karna kenapa dia pergi tanpa memberitahuku dulu, tapi ku juga rindu dia, senyum nya, ketawanya, bahkan sedih nya akan slalu ku ingat sampai kapanpun. Shaila andai kamu tau, di sini aku slalu menunggumu kembali. Tuhan tolong pertemukan kami kembali, aku rindu Shaila Tuhan. Tanpa ku sadari air mata menetes dari pelupuk mata ku.
Beberapa bulan kemudian, saat itu aku semester 4. Aku pulang ke kost’an aku yang letaknya lumayan jauh dari kampus ku. Saat di jalan aku melihat seseorang yang mirip dengan sahabatku Shaila. Apa dia shaila? Ku coba tuk mendekati orang itu, namun aku terlambat. Orang itu buru-buru pergi dari hadapan ku. Seperti nya dia tau kalau aku mengikutinya. Aku menghiraukannya. Mungkin itu bukan Shaila. Aku pun sudah sampai di kost’an ku. Ku lihat ada seorang wanita berdiri di depan pintu kost’an ku. Siapakah dia? Batinku. Ku dekati orang itu dan ku mulai bicara.
“maaf mba, cari siapa ya?” kataku kepada orang itu. Dia pun membalikan badan nya.
“Shaina, ini aku Shaila. Apa kamu udah lupa?” jawabnya sambil memegang tangan ku.
“Shaila? Ini kamu? Kemana kamu selama ini, kamu tinggalkanku begitu saja, tanpa pamit kamu pergi, apa kamu tau aku cemas mikirin kamu terus. Kamu hilang begitu saja. Tak ada kabar selama 3 tahun ini. Kamu udah lupa sama aku. Hah?” kataku panjang lebar dan melepaskan pegangan Shaila. Mungkin aku marah kali yah. Sudahlah.
“Shaina maafin aku. Aku menghilang dari kehidupan kamu. Bukannya aku lupa sama kamu tapi aku ada urusan Na. kamu marah L?” jawabnya sambil memegang pundakku.
“tidak. Aku tidak marah, aku Cuma kecewa kenapa kamu pergi ta pamitan dulu sama aku.” Ucapku dengan nada tinggi.
“tapi mendadak Na. Maafin aku. Ku mohon.” Katanya sambil berlutut di hadapanku.
“iya aku ngerti La, gapapa ko, sekarang aku ga marah lagi sama kamu, jangan berlutut gitu dong, kaya apa aja.” Jawabku sambil mengangkat badan Shaila .
“makasih Na. aku beruntung mempunyai sahabat seperti kamu.”
“iya La sama-sama. Oh ya kita ke Danau yu, udah lama nih kita ga kesana.” Ajakku
“ayo, kura-kura itu gimana ya, apakah mereka masih hidup. Sudah 3 tahun kita tak bertemu mereka.”
“iya ayo, aku juga pengen liat kura-kura itu.”
Tanpa panjang lebar kami berdua pergi ke Danau. Akhirnya kami sampai di Danau itu.
“danau ini masih sama seperti dulu ya ga berubah.” Ucapku.
“iya, ayo kita temui lambang persahabatan kita.” Ajaknya
“ ayo.”

Sesampainya kami di tempat yang kami rencanakan. Aku dan Shaila pun buru-buru mengambil kura-kura itu. Dan tak di sangka kura2 itu sudah besar, tapi anehnya kura2 itu Cuma ada 1, tepat yang berpita biru. Kemana kura2 satu lagi tepat nya yang warna merah muda milik Shaila. Kami pun sepakat mencari kura2 yang hilang. Setelah kami tau kura2 itu ada dimana, ternyata kura2 itu mati, kura2 itu ditemukan di belakang batu besar. Uhhh kasian banget. Shaila pun menangis sejadi-jadinya. Aku tenangkan dia, tapi dia masih tetap menangis. Dan di saat yang bersamaan Shaila pun pingsan. Ya Tuhan apa yang terjadi dengan Shaila, kenapa dia? ada apa dengan dia? lalu lubang hidungnya mengeluarkan darah segar. Di sana aku coba membangunkan Shaila dan mencari pertolongan kesana kesini, tapi tak ada sedikit orang pun yang mendengarkan aku. Aku semakin takut melihat keadaan Shaila yang seperti ini. Tiba-tiba dia terbangun dari pingsan nya yang cukup lama. Dengan sadar dan tak sadar dia bicara
“Shaina aku ada dimana”. Ucapnya sambil memegang kepalanya.
“Kamu ada di bawah pohon di deket danau La, apa yang terjadi sama kamu, apa kamu sakit?” jawabku dengan penuh cemas.
“Na, sebenernya aku….”
“aku apa, kenapa dengan kamu?” potongku.
“aku sakit.” Jawabnya.
“sakit apa? Jangan bilang kamu sakit parah ya!” ucapku.
“maaf, aku sakit kanker darah stadium akhir”. Katanya dengan nada yang sangat lemah.
“apaa?? Kan..kanker darah stadium akhir. Aku mohon jangan becanda La, ga lucu tau.” Jawabku tak percaya.
 “aku gak becanda Na, aku serius..maafkan aku jika selama ini aku tak jujur padamu, ku mohon jangan marah, hanya kau satu-satunya yang saat ini mengerti aku. Aku sudah tidak kuat lagi Na, rasanya sakit sekali. Aku ingin istirahat saja Na, aku cape.” Katanya dengan nada yang benar-benar sudah tak berdaya.
“aduh Shaila, kenapa kamu ga ngomong dari dulu sih. Kenapa harus pada saat yang begini aku mengetahuinya. Jujur aku kecewa sama kamu, tapi rasa kecewa itu tertutupi begitu saja karna kau adalah sahabat terbaik yang paling ku sayangi. Please La, jangan tinggalin aku, aku butuh kamu.” Lontarku dengan perasaan yang amat sedih.
Setelah lama-lama kami bercakap, ku lihat air menetes dari langit. Yah hujan. Aku berusaha tuk melindungi tubuh Shaila supaya tidak basah, ku melihat air mata Shaila yang terus berderai. Aku tak kuasa melihat nya. Ku buka switer ku untuk menutupi tubuh Shaila. Ku berharap hujan akan segera reda, tapi setelah beberapa lama aku menunggu hujan pun tak kunjung reda.
“Na,aku ga kuat. Semua badanku terasa kaku. Aku tak kuasa lagi menahan penderitaan ini.” Ucap Shaila dengan nada merintih kesakitan.
“La ku mohon bertahanlah, jangan pergi La ku mohon. Aku sangat membutuhkan mu. Tetaplah tinggal La, menemani hari-hariku. Aku yakin kamu pasti kuat, kamu pasti bisa melewati semua ini. Sebentar akan ku cari pertolongan. Tunggu yaa..” jawabku dengan nada yang sangat sedih, panik, takut, campur aduk deh.
Ku berlari untuk mencari pertolongan, “tollloooooongggg toolllooonnggg tolongg” teriak ku sambil menangis L. Tapi alhasil tidak ada satu orang pun yang melewati daerah ini. Huhh harus bagaimana lagi aku? Ku kembali ke tempat tadi aku bersama Shaila. Setelah sampai, ku melihat keadaan Shaila, tapii dia terbujur kaku tak berdaya, apakah dia tidur, atau???tidak. segera ku bangun kan dia, setelah beberapa saat, dia tak terbangun juga, ku cek detak jantung nya, namun tak berdetak sama sekali. Ku rangkul dia. “Shaila ku mohon bangun lah jangan tinggalkan aku, aku ga mau kalau hidup tanpa kamu.” Ku menangis sejadi-jadinya. Pada waktu itu pun tiba-tiba hujan berhenti. Dan ada seseorang yang melewati tempat kami berada, aku teriak minta tolong, dan syukurlah orang itu dapat menolong Shaila, ku bawa dia ke rumah sakit terdekat. Ku hubungi mama nya. Sekarang dia berada di ruangan UGD, aku berdoa terus berdoa agar Shaila tetap bertahan. Mama Shaila pun datang. Mama Shaila pun nangis sejadi-jadinya sepertiku. Dia memeluk ku, menangis di pelukanku. “tante memang sedih nak melihat Shaila seperti ini, tapi bagaimana pun juga tante harus merelakan apapun yang terjadi, sekalipun itu sangat buruk.” Katanya. “ngga tante ngga, Shaila pasti kuat aku yakin itu” jawabku yakin.
Setelah menunggu lama akhirnya dokter keluar. “maaf sebelumnya, kami sudah berusaha semampu kami, tapi Shaila tidak bisa terselamatkan, kanker yang menggerogoti otak nya sudah menyebar ke seluruh tubuh Shaila, dia sudah tiada. Saya turut berduka cita” kata dokter tersebut.
Aku tak percaya, sungguh tak percaya, Shaila pergi tinggalkan kami semua. Aku dan mama nya Shaila pun menangis. Tapi bagaimana pun juga aku harus merelakannya supaya dia tenang di alam sana.
“selamat tinggal Shaila sahabatku, terima kasih atas semuanya, terima kasih kamu sudah izinkan aku menemani saat-saat terakhirmu, makasih juga sudah memberi banyak arti kehidupan kepadaku. Ku berjanji akan slalu mengenangmu, kamu selalu tersimpan di hatiku, selamat menempuh perjalanan mu yang baru, semoga kau tenang, dan di terima di sisi-Nya. Amin” ucapku pada makam Shaila sahabatku. Aku sayang kamu Shaila J SELAMANYA.............

~SELESAI~