Karya: Regina Merdiani Lestari
PERSAHABATAN MULIA
Aku Shaina. Di Sekolah aku terkenal pendiam namun aku terkenal juga
dengan prestasi ku yang lumayan baik. Dulu aku mengalami kejadian yang menurut ku buruk, hingga pada
akhirnya sahabat aku pergi meninggalkan aku untuk selamanya. Sungguh tragis.
Tapi mungkin cobaan bahwa aku takan mengulangi kejadian yang menyakitkan itu.
Aku JANJI.
FLASHBACK
Aku mempunyai sahabat terbaik yang bernama Shaila. Sekilas namanya
mirip dengan ku. Kami bersahabat sejak kami duduk di bangku SD, kami selalu
bersama kemana pun juga, dimana ada Shaila di situ pasti ada aku. Kami juga
selalu di juluki oleh teman-teman sebagai saudara kembar soalnya bukan nama
kami saja yang mirip, tapi wajah kami pun hampir sama. Namun yang membedakan
aku dengan Shaila adalah kalau aku pendiam, jarang bergaul, tapi pintar. Tapi
sebaliknya dengan Shaila, dia periang, pandai bergaul, tapi agak kurang
beruntung dalam hal pelajaran(lemodt)..hehe.
Sekarang kami sudah duduk di bangku SMA, dan tanpa kami sadari kami
sesekolahan lagi. Sungguh senang rasanya. Karna waktu itu dia bilang dia ga
akan seSMA sama aku,.
“La kamu mau di lanjutin kemana? “
kataku membuka pembicaraan yang asalnya hening
“kayanya ke pesantren Na, mama aku yang
mau aku di lanjutin ke pesantren, karna aku kan memang kurang di mata pelajaran
gitu. Sebenarnya sih aku agak ragu dengan keputusan mama ku itu. Tapi mau
bagaimana lagi aku harus nurutin mama aku. Mungkin itu jalan yang terbaik L. Kalau kamu mau di terusin kemana Na?” Katanya sambil memegang
tanganku
“yahhh, kita berpisah dong La. Aku
berharap kamu sesekolahan lagi sama aku. Tapi Lhuahh.. Kalau aku sih mau di lanjutin ke SMAN 1 Subang.”
Lanjutku sambil membalas pegangan Shaila dengan erat.
“waw itu bagus dong, asalnya juga aku
pengen ke sana. Kita habiskan hari ini dengan bersama ya Na?” katanya sambil
mengajakku pergi ke suatu tempat yang sangat indah.
“ayo boleh. Tapi kemana?” jawabku
penasaran.
“ayo ikut aja, nanti juga kamu tau
sendiri.” Ajaknya.
Saat itu aku
masih penasaran kemana aku akan dibawa oleh Shaila. Penasaran aku pun berakhir,
Shaila membawaku ke suatu tempat yang indah dengan pemandangan pohon yang
menyejukan hati di dampingi oleh bunga-bunga yang bermekaran dan
berwarna-warni. Ya Shaila membawa ku ke suatu danau yang sangat indah.
“waw La indah sekali danau ini, dari
mana kamu tau di sini terdapat danau yang indah ini?” kata ku sambil mengambil
bunga yang ada di danau itu.
“iya dong, aku tau danau ini dari
ayahku, dulu waktu aku kecil aku selalu di ajak ayah ke danau ini, tapi
sekarang dia ga ada. Kalau aku lagi sedih aku selalu datang kesini, sekaligus
mengenang kenanganku bersama ayahku dulu. Sekarang aku ajak kamu kesini. Kalau
kamu kangen sama aku setelah kita berpisah nanti kamu kesini aja ya Na. aku Sayang
kamu Shaina J.” Jawabnya panjang lebar sambil jalan jalan kecil di sekitar danau
itu.
“maaf La bukan maksud aku tuk membuat
kamu sedih, aku hanya…”
“sudahlah Na ini bukan salah kamu. Ya
gapapa ko Na. ayo kita habiskan waktu kita ini dengan sebaik mungkin, dan kamu
harus ingat kenanglah aku selalu di hati kamu. Jangan lupakan aku ya Na . kita
selamanya ok.” Jawabnya sambil meneteskan airmata. Pemandangan ini sungguh
sangat aku benci, melihat Shaila sahabatku menangis.
“udah dong La jangan nangis lagi, pasti
ko kamu akan selalu di hati aku, aku ga akan pernah lupain kamu, tak akan
pernah. Kita selamanya sampai ajal memisahkan kita berdua.” Kataku sambil
mengusap air mata Shaila.
“iya sampai ajal memisahkan kita.”
Jawabnya dengan nada yang datar.
“liat La itu ada dua ekor kura-kura
kecil yang sangat lucu. Liat yu.” Kataku sambil berjalan menuju kura-kura itu.
“yuu Na.”
“waw amazing kura-kuranya lucu sekali,
ada dua lagi.” Kataku sambil mengambil dua ekor kura-kura itu.
“iya lucu banget, gimana kalo kita
pelihara kura-kura itu, yang satu adalah kamu, yang satu lagi aku. Tapi kita
biarkan mereka tinggal di sini. O yah aku punya dua pita ini.” Jawabnya sambil
mengeluarkan dua pita di saku celana jeans nya itu.
“iya
gimana kalo aku ambil yang warna biru, dan kamu yang warna merah muda.
Kita ikatkan pita ini di kura-kura kita masing-masing.” Jawabku sambil
mengambil pita yang warna biru.
“dan kura-kura ini mewakili kebersamaan
kita ya, kura-kura ini menjadi lambang persahabatan kita ya Na.” kata nya
sambil memasangkan pita merah muda di badan kura-kura itu.
“iya itu pasti La.” Jawabku.
Langit pun mulai
menampakan lembayungnya,sang mega pun
mulai malu menampakan sinar nya lagi. Kala itu aku dan Shaila pulang karna hari
semakin larut.
*****
Waktu itu aku
sudah mulai menginjakkan kaki ku di SMAN 1 Subang. Sedikit malas karena
biasanya aku ke sekolah selalu bersama Shaila, tapi kini engga. Aku harus tetap
semangat tanpa Shaila. Walaupun kita jauh, tapi hati kita tetap dekat.
MOPD 5 hari sudah aku jalani dengan baik. Sebulan pertama aku lewati hari
hari di SMA dengan cukup semangat. Tapi aku duduk sendiri di kelas, mungkin
karna aku kurang bergaul, jadi jarang orang mau deketin aku. Sungguh malang.
Tapi harus tetap semangat. Bel masuk pun berbunyi aku dan teman yang lain masuk
ke kelas, pelajaran pertama Matematika, pelajaran yang sangat kusukai. Saat itu
Pa Suniryo guru matematika ku datang dengan memberitahukan bahwa ada murid baru
yang masuk ke sekolahin ini, tepat nya masuk ke kelas ku kelas X C. dan Pa
Suniryo pun memanggil murid baru itu dengan menyebut Shaila. Ya Tuhan apa yang
di panggil pa Suniryo itu adalah sahabatku yang sangat ku rindukan. Dan tak ku
sangka itu Shaila sahabatku, sungguh ku tak percaya, apakah ini mimpi Tuhan.
Lalu tanpa pikir panjang aku pun memeluk Shaila dengan erat.
“Shaila? Apakah ini mimpi aku bisa
ketemu sama kamu lagi. Ini anugrah. Ternyata persahabatan kita akan trus
berlanjut tanpa jarak. Aku kangen kamu Shaila.” Kataku sambil memeluk Shaila
dengan erat tanpa ku pikirkan rasa malu di depan teman-temanku.
“Shaina. Ini kamu. Aku juga kangen
banget sama kamu. Aku gak percaya bisa ketemu kamu di sini, dan kita sekelas
bareng lagi. Ohh Tuhan makasih.” Jawabnya sambil membalas pelukan ku. Dan saat
itu anak-anak di kelas langsung tepuk tangan. Huhh malu aku. Tapi ga papa lah
yang penting aku bisa barengan lagi sama sahabatku ini. Dan pa Suniryo pun
mempersilahkan Shaila untuk duduk sebangku bersamaku. Selesai pelajaran
matematika, di lanjut oleh pelajaran Biologi. Bel pun berbunyi tanda pelajaran
selesai dan semuanya keluar untuk pergi ke kantin, maklum kalo jam jam
istirahat kantin suka penuh.
Aku dan
Shaila pun pergi ke taman belakang sekolah. Untuk melampiaskan rasa kangen kami
berdua.
“La ko kamu pindah. Ga betah ya di
pesantren sana, kangen ya sama aku. Hehe.” Kataku membuka pembicaraan diantara
kita.
“hehe iya Na, aku ga betah disana. Aku
bilang sama mama ku kalo aku pengen pindah ke SMAN 1 Subang. Trus mama ku
ngijinin aku untuk pindah kesini, dan aku juga minta di kelas X C, karna aku
tau kamu kelas itu. Jadi ya begitulah sekarang. Kengen banget deh sama kamu
Na.” jawabnya sambil memeluk aku.
“iya La, aku juga sangat kangen sama
kamu. Sekarang aku jadi tak sendiri lagi, sekarang ada kamu La yang slalu
temenin aku.” Kataku sambil membalas pelukannya sangat erat.
“oh ya nanti pulang sekolah kita ke danau yu, kita udah 3 bulan gak ketemu,
kita habiskan lagi hari ini dengan kebersamaan kita yang indah ini.” Katanya
melepas pelukan kita.
“iya bener banget. Oh ya kura-kura itu
La.” Jawab ku.
“iya nanti kita ke sana.” balasnya
Kita pun kembali
ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Bel pulang pun berbunyi . kami pun
bersiap-siap untuk pulang.
Aku dan Shaila
tidak langsung pulang ke rumah, karena kita berdua akan ke danau. Akhirnya
sampai juga di Danau, kami pun segera menuju ke tempat kura-kura yang 3 bulan
lalu menjadi lambang persahabatan kita sampai sekarang.
“aduhh ternyata kura-kura itu masih ada,
aku kira dia udah gak ada di sini.” Kata Shaila sambil mengambil kura-kura yang
berpita merah muda.
“iya ternyata mereka masih bersama, kaya
kita ini. Ya ampun unyu unyu banget J.” Jawabku
sambil mengambil kura-kura pita biru.
“aduh mulai gerimis nih Na, kita pulang
yuu. Takut nya hujan, dan udah sore lagih.” Ajaknya.
“iya La, yu kita pulang” jawabku.
Kami pun segera
pulang ke rumah masing-masing.
Beberapa bulan
kami lewatkan dengan sangat baik, hingga kami naik ke kelas XI, tapi kali ini
aku dan Shaila tidak sekelas, aku masuk ke kelas XI ipa 3, sementara Shaila
kelas ips 1. Walaupun kami sekarang beda kelas, tapi kami tetap bersama sama,
dan sampai akhirnya Shaila menghilang dari kehidupanku. Dia tak ada kabar, ga
ke sekolah, aku datang ke rumah nya, tapi rumah itu kosong. Kemana dia? Dia
hilang bagai di telan bumi. Ya Tuhan apa yang terjadi dengan Shaila.
Beberapa Tahun kemudian ***
Aku masuk
Universitas Pendidikan Indonesia, aku ambil jurusan akutansi. Walaupun sudah
beberapa tahun ini Shaila menghilang, entah dimana dia sekarang, memang ku
sedikit kecewa dan marah karna kenapa dia pergi tanpa memberitahuku dulu, tapi
ku juga rindu dia, senyum nya, ketawanya, bahkan sedih nya akan slalu ku ingat
sampai kapanpun. Shaila andai kamu tau, di sini aku slalu menunggumu kembali.
Tuhan tolong pertemukan kami kembali, aku rindu Shaila Tuhan. Tanpa ku sadari
air mata menetes dari pelupuk mata ku.
Beberapa bulan
kemudian, saat itu aku semester 4. Aku pulang ke kost’an aku yang letaknya
lumayan jauh dari kampus ku. Saat di jalan aku melihat seseorang yang mirip
dengan sahabatku Shaila. Apa dia shaila? Ku coba tuk mendekati orang itu, namun aku terlambat. Orang
itu buru-buru pergi dari hadapan ku. Seperti nya dia tau kalau aku
mengikutinya. Aku menghiraukannya. Mungkin itu bukan Shaila. Aku pun sudah
sampai di kost’an ku. Ku lihat ada seorang wanita berdiri di depan pintu
kost’an ku. Siapakah dia? Batinku. Ku dekati orang itu dan ku mulai bicara.
“maaf mba, cari siapa ya?” kataku kepada
orang itu. Dia pun membalikan badan nya.
“Shaina, ini aku Shaila. Apa kamu udah
lupa?” jawabnya sambil memegang tangan ku.
“Shaila? Ini kamu? Kemana kamu selama
ini, kamu tinggalkanku begitu saja, tanpa pamit kamu pergi, apa kamu tau aku
cemas mikirin kamu terus. Kamu hilang begitu saja. Tak ada kabar selama 3 tahun
ini. Kamu udah lupa sama aku. Hah?” kataku panjang lebar dan melepaskan
pegangan Shaila. Mungkin aku marah kali yah. Sudahlah.
“Shaina maafin aku. Aku menghilang dari
kehidupan kamu. Bukannya aku lupa sama kamu tapi aku ada urusan Na. kamu marah L?” jawabnya sambil memegang pundakku.
“tidak. Aku tidak marah, aku Cuma kecewa
kenapa kamu pergi ta pamitan dulu sama aku.” Ucapku dengan nada tinggi.
“tapi mendadak Na. Maafin aku. Ku
mohon.” Katanya sambil berlutut di hadapanku.
“iya aku ngerti La, gapapa ko, sekarang
aku ga marah lagi sama kamu, jangan berlutut gitu dong, kaya apa aja.” Jawabku
sambil mengangkat badan Shaila .
“makasih Na. aku beruntung mempunyai
sahabat seperti kamu.”
“iya La sama-sama. Oh ya kita ke Danau
yu, udah lama nih kita ga kesana.” Ajakku
“ayo, kura-kura itu gimana ya, apakah
mereka masih hidup. Sudah 3 tahun kita tak bertemu mereka.”
“iya ayo, aku juga pengen liat kura-kura
itu.”
Tanpa panjang
lebar kami berdua pergi ke Danau. Akhirnya kami sampai di Danau itu.
“danau ini masih sama seperti dulu ya ga
berubah.” Ucapku.
“iya, ayo kita temui lambang
persahabatan kita.” Ajaknya
“ ayo.”
Sesampainya
kami di tempat yang kami rencanakan. Aku dan Shaila pun buru-buru mengambil
kura-kura itu. Dan tak di sangka kura2 itu sudah besar, tapi anehnya kura2 itu
Cuma ada 1, tepat yang berpita biru. Kemana kura2 satu lagi tepat nya yang
warna merah muda milik Shaila. Kami pun sepakat mencari kura2 yang hilang.
Setelah kami tau kura2 itu ada dimana, ternyata kura2 itu mati, kura2 itu ditemukan di belakang batu
besar. Uhhh kasian banget. Shaila pun menangis sejadi-jadinya. Aku tenangkan
dia, tapi dia masih tetap menangis. Dan di saat yang bersamaan Shaila pun
pingsan. Ya Tuhan apa yang terjadi dengan Shaila, kenapa dia? ada apa dengan
dia? lalu lubang hidungnya mengeluarkan darah segar. Di sana aku coba
membangunkan Shaila dan mencari pertolongan kesana kesini, tapi tak ada sedikit
orang pun yang mendengarkan aku. Aku semakin takut melihat keadaan Shaila yang
seperti ini. Tiba-tiba dia terbangun dari pingsan nya yang cukup lama. Dengan
sadar dan tak sadar dia bicara
“Shaina aku ada dimana”. Ucapnya sambil
memegang kepalanya.
“Kamu ada di bawah pohon di deket danau
La, apa yang terjadi sama kamu, apa kamu sakit?” jawabku dengan penuh cemas.
“Na, sebenernya aku….”
“aku apa, kenapa dengan kamu?” potongku.
“aku sakit.” Jawabnya.
“sakit apa? Jangan bilang kamu sakit
parah ya!” ucapku.
“maaf, aku sakit kanker darah stadium
akhir”. Katanya dengan nada yang sangat lemah.
“apaa?? Kan..kanker darah stadium akhir.
Aku mohon jangan becanda La, ga lucu tau.” Jawabku tak percaya.
“aku gak becanda Na, aku serius..maafkan aku jika
selama ini aku tak jujur padamu, ku mohon jangan marah, hanya kau satu-satunya
yang saat ini mengerti aku. Aku sudah tidak kuat lagi Na, rasanya sakit sekali.
Aku ingin istirahat saja Na, aku cape.” Katanya dengan nada yang benar-benar
sudah tak berdaya.
“aduh Shaila, kenapa
kamu ga ngomong dari dulu sih. Kenapa harus pada saat yang begini aku
mengetahuinya. Jujur aku kecewa sama kamu, tapi rasa kecewa itu tertutupi
begitu saja karna kau adalah sahabat terbaik yang paling ku sayangi. Please La,
jangan tinggalin aku, aku butuh kamu.” Lontarku dengan perasaan yang amat
sedih.
Setelah lama-lama kami bercakap, ku lihat air menetes dari langit. Yah
hujan. Aku berusaha tuk melindungi tubuh Shaila supaya tidak basah, ku melihat
air mata Shaila yang terus berderai. Aku tak kuasa melihat nya. Ku buka switer
ku untuk menutupi tubuh Shaila. Ku berharap hujan akan segera reda, tapi
setelah beberapa lama aku menunggu hujan pun tak kunjung reda.
“Na,aku ga kuat. Semua
badanku terasa kaku. Aku tak kuasa lagi menahan penderitaan ini.” Ucap Shaila
dengan nada merintih kesakitan.
“La ku mohon
bertahanlah, jangan pergi La ku mohon. Aku sangat membutuhkan mu. Tetaplah
tinggal La, menemani hari-hariku. Aku yakin kamu pasti kuat, kamu pasti bisa
melewati semua ini. Sebentar akan ku cari pertolongan. Tunggu yaa..” jawabku
dengan nada yang sangat sedih, panik, takut, campur aduk deh.
Ku berlari untuk mencari pertolongan, “tollloooooongggg toolllooonnggg
tolongg” teriak ku sambil menangis L. Tapi alhasil tidak ada satu orang pun yang melewati daerah ini. Huhh
harus bagaimana lagi aku? Ku kembali ke tempat tadi aku bersama Shaila. Setelah
sampai, ku melihat keadaan Shaila, tapii dia terbujur kaku tak berdaya, apakah
dia tidur, atau???tidak. segera ku bangun kan dia, setelah beberapa saat, dia
tak terbangun juga, ku cek detak jantung nya, namun tak berdetak sama sekali.
Ku rangkul dia. “Shaila ku mohon bangun lah jangan tinggalkan aku, aku ga mau
kalau hidup tanpa kamu.” Ku menangis sejadi-jadinya. Pada waktu itu pun
tiba-tiba hujan berhenti. Dan ada seseorang yang melewati tempat kami berada,
aku teriak minta tolong, dan syukurlah orang itu dapat menolong Shaila, ku bawa
dia ke rumah sakit terdekat. Ku hubungi mama nya. Sekarang dia berada di ruangan
UGD, aku berdoa terus berdoa agar Shaila tetap bertahan. Mama Shaila pun
datang. Mama Shaila pun nangis sejadi-jadinya sepertiku. Dia memeluk ku,
menangis di pelukanku. “tante memang sedih nak melihat Shaila seperti ini, tapi
bagaimana pun juga tante harus merelakan apapun yang terjadi, sekalipun itu
sangat buruk.” Katanya. “ngga tante ngga, Shaila pasti kuat aku yakin itu”
jawabku yakin.
Setelah menunggu lama akhirnya dokter keluar. “maaf sebelumnya, kami sudah
berusaha semampu kami, tapi Shaila tidak bisa terselamatkan, kanker yang menggerogoti
otak nya sudah menyebar ke seluruh tubuh Shaila, dia sudah tiada. Saya turut
berduka cita” kata dokter tersebut.
Aku tak percaya, sungguh tak percaya, Shaila pergi tinggalkan kami semua.
Aku dan mama nya Shaila pun menangis. Tapi bagaimana pun juga aku harus
merelakannya supaya dia tenang di alam sana.
“selamat tinggal Shaila sahabatku, terima kasih atas semuanya, terima kasih
kamu sudah izinkan aku menemani saat-saat terakhirmu, makasih juga sudah
memberi banyak arti kehidupan kepadaku. Ku berjanji akan slalu mengenangmu,
kamu selalu tersimpan di hatiku, selamat menempuh perjalanan mu yang baru,
semoga kau tenang, dan di terima di sisi-Nya. Amin” ucapku pada makam Shaila
sahabatku. Aku sayang kamu Shaila J SELAMANYA.............
~SELESAI~